Kamis, 13 Oktober 2011

Pendiri Google

Sergey Brin
Pendiri & Presiden bidang Teknologi

Sergey Brin, yang berasal dari Moskow, menerima gelar sarjana dengan pujian di bidang matematika dan ilmu komputer dari University of Maryland di College Park. Saat ini beliaubeliau sedang cuti dari program Ph.D. ilmu komputer di University of Stanford, di mana beliaubeliau mendapatkan gelar masternya. Sergey adalah penerima beasiswa National Science Foundation Graduate Fellowship dan juga penerima gelar MBA kehormatan dari Instituto de Empresa. Di Stanford-lah beliaubeliau bertemu Larry Page dan mengerjakan proyek yang kelak menjadi Google. Bersama-sama mereka mendirikan Google Inc. pada tahun 1998, dan sampai kini Sergey terus berbagi tanggung jawab dalam hal operasional sehari-hari bersama Larry Page dan Eric Schmidt.

Minat penelitian Sergey antara lain: mesin pencarian, ekstraksi informasi dari sumber-sumber yang tidak terstruktur, dan penggalian data dari sekumpulan teks dan data ilmiah dalam jumlah besar. Beliau telah menerbitkan lebih dari selusin makalah akademik termasuk Extracting Patterns and Relations from the World Wide Web; Dynamic Data Mining: A New Architecture for Data with High Dimensionality, yang diterbitkan bersama Larry Page; Scalable Techniques for Mining Casual Structures; Dynamic Itemset Counting and Implication Rules for Market Basket Data; dan Beyond Market Baskets: Generalizing Association Rules to Correlations.

Sergey pernah menjadi pembicara utama di beberapa forum akademik, bisnis, dan teknologi tingkat internasional, termasuk World Economic Forum dan Technology, Entertainment and Design Conference. Beliau telah berbagi wawasan tentang pandangannya seputar industri teknologi dan masa depan teknologi pencarian pada Charlie Rose Show, CNBC, dan CNNfn. Di tahun 2004, beliau dan Larry Page mendapat julukan “Persons of the Week” oleh ABC World News Tonight




Larry Page
Pendiri Bersama & Presiden bidang Produk

Sebelum pindah ke perannya sebagai presiden bidang produk di bulan April 2001, Larry Page merupakan CEO pendiri Google dan menumbuhkan perusahaan dengan lebih dari 200 pekerja dan memperoleh keuntungan. Beliau melanjutkan tanggung jawabnya bersama atas operasional harian di Google bersama Eric Schmidt dan Sergey Brin.

Sebagai anak dari Dr. Carl Victor Page, dosen ilmu komputer Michigan State University, kecintaan Larry terhadap komputer dimulai pada usia 6 tahun. Ketika mengikuti jejak ayahnya di bidang akademik, beliau mendapat gelar sarjana teknik dengan pujian dari University of Michiganrekacipta, dengan konsentrasi pada rekaciptateknik informatika. Selama berada di Ann Arbor, Larry membuat printer inkjet dari balok-balok mainan Lego™. Saat menempuh program Ph.D. di bidang ilmu komputer di Stanford University, Larry bertemu dengan Sergey Brin dan bersama-sama mereka mengembangkan dan mengelola Google yang mulai beroperasi di tahun 1998. Larry cuti dari Stanford setelah mendapatkan gelar masternya.

Pada tahun 2002, Larry mendapat julukan World Economic Forum Global Leader for Tomorrow. Beliau adalah anggota National Advisory Committee (NAC) dari University of Michigan College of Engineering, dan bersama-sama dengan Sergey Brin, Larry mendapat penghargaan Marconi Prize pada tahun 2004. Beliau adalah wali direksi dari X PRIZE, dan telah diangkat menjadi anggota National Academy of Engineering pada tahun 2004.




Gadis Tangguh

Sore itu hujan mengguyur kota Bogor, dan hawa pun terasa semakin dingin bagi para pejalan kaki maupun pengendara motor. Banyak orang yang berteduh di emperan toko bagi mereka yang tidak membawa payung atau jas hujan. Di salah satu sudut emperan toko ada seorang gadis yang sudah kukenal yaitu Dira. Ia adalah teman sekolahku, ia cukup disegani disekolahku karena ia merupakan ketua Rohis. Di samping itu, dia juga sangat mahir dalam beladiri karate. Dia sering menjuarai perlombaan yang diadakan baik dari luar sekolah maupun dalam sekolah. Dia berperawakan tinggi dan lumayan cantik, sehingga tidak sedikit teman lelakiku yang menyukainya, dan ia juga memakai jilbab, sehingga wajahnya yang sudah cantik semakin cantik lagi.

Kulihat dia sangat gelisah dan kedinginan menunggu hujan yang tak kunjung reda, mungkin dia sedang menunggu seseorang pikirku. Dugaanku ternyata benar Dira sedang menunggu seseorang karena tak lama kemudian ada seorang wanita yang sudah kukenal menghampirinya,dia adalah kakak perempuan Dira. Tapi tak berapa lama kakaknya pergi dan meninggalkannya setelah memberi bungkusan berwarna coklat yang kukira itu berisi uang yang cukup banyak. Dan sejak tadi aku juga melihat ada 2 orang laki-laki yang tengah memperhatikan Dira. Aku sempat berpikir buruk kepada 2 orang tersebut,tapi pikiran itu segera kubuang jauh-jauh. Orang yang menunggu di emperan toko pun sudah mulai berkurang dikarenakan sudah tidak sabar menunggu hujan yang tak kunjung reda.

Tapi semakin lama kuperhatikan sepertinya 2 orang tersebut mempunyai niat yang kurang baik kepada Dira. Dalam pikirku apa 2 orang tersebut mengincar bungkusan berwarna coklat itu? Tapi mudah-mudahan pikiran burukku itu salah. Dan kurasa Dira pun menyadari bahwa kedua orang tersebut sedang memperhatikannya. Ketika aku sedang memperhatikan 2 orang tersebut, tiba-tiba kulihat mereka mengeluarkan benda yang mirip seperti pisau. Aku khawatir apa yang akan mereka berdua lakukan terhadap Dira. Tapi disamping itu aku pun takut untuk berkata ataupun berteriak. Tiba-tiba 2 orang tersebut mendekati Dira dan menodongnya sehingga membuat Dira kaget bukan main. Tangannya refleks memukul 2 orang tersebut, sehingga 2 orang itu jatuh tesungkur ke dalam genangan air hujan.

Aku tahu, pasti kedua orang itu tidak tahu bahwa sebenarnya Dira itu merupakan atlit karate. Mereka bingung karena kekuatan Dira yang begitu besar sehingga berhasil menjatuhkan mereka berdua dalam satu pukulan saja. Tak pelak kedua orang tersebut marah dan mulai bertindak semakin kasar terhadap Dira. Tapi dengan sigap dan kuda-kuda yang kuat Dira mampu menahan tindakan kasar kedua orang tersebut. Tapi bukannya membuat kedua orang itu takut, tapi semakin marah. Aku takut jika mereka berdua menusuk Dira dengan pisau yang mereka pegang.

Aku tidak berani bergerak dan berbuat apa-apa melihat kejadian itu, dan suasana di tempat itu sangat sepi dan tidak ada orang yang menyadari peristiwa tersebut. Ingin rasanya aku memukul kedua orang tersebut dengan kayu tapi aku tidak bisa melakukannya. Kulihat Dira tenang-tenang saja menghadapi 2 orang tersebut, dengan keahlian beladiri yang dimilikinya kurasa Dira mampu mengalahkan kedua orang itu dengan mudah. Perkelahian pun tak dapat dihindari, Dira dengan tangkas menghindari serangan dari kedua orang tersebut. Yang dapat aku lakukan untuk menolong Dira hanya menelepon kantor polisi terdekat. Setelah menelepon polisi aku hanya berdoa untuk keselamatan Dira.

Tampaknya kedua orang itu mulai kelelahan melawan Dira, kesempatan itu tidak dibuang sia-sia oleh Dira, ia langsung memukul kedua orang itu bertubi-tubi hingga keduanya tak bisa berbuat apa-apa lagi. Tak lama polisi segera datang dan menangkap kedua orang itu, ternyata polisi sudah mengenali para penjahat itu karena mereka sudah pernah masuk penjara sebelumya. Aku hanya bisa memeluk dan meminta maaf kepada Dira karena tidak bisa membantu apa-apa untuk melawan penjahat itu. Tapi Dira tersenyum padaku dan berterima kasih karena telah menelepon polisi, karena kalau tidak uang yang ia bawa untuk keperluan membayar biaya pengobatan ibunya yang sedang sakit akan hilang dirampas oleh kedua orang itu.

Lalu ia menceritakan permasalahan yang sedang ia hadapi, aku sangat terharu mendengar cerita ibunya yang sakit parah, mungkin karena masalah ini dia sering tidak masuk sekolah, lalu ia menjelaskan alasan mengapa ia sering tidak masuk sekolah, hal itu disebabkan karena ia bekerja menjadi guru karate di komplek perumahan dekat rumahnya untuk menambah biaya pengobatan ibunya. Karena upah kakaknya bekerja menjadi karyawan di sebuah perusahaan kecil tidak cukup untuk menutupi biaya pengobatan tersebut.

Dira sudah menjadi yatim sejak umur 8 tahun, ayahnya meninggal pada sebuah kecelakaan kereta api, ketika sedang dinas ke luar kota. Semenjak kepergian ayahnya, ibunya bekerja banting tulang untuk menafkahi keluarganya. Karena terlalu keras bekerja akhirnya sekarang ibunya sakit dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Selama ibunya sakit Dira dan kakaknya tidak henti-hentinya mencari uang agar ibunya bisa pulih kembali seperti semula. Aku sungguh tidak menyadari bahwa seorang Dira yang kuanggap orang yang tidak punya masalah malah justru memiliki masalah yang sangat berat dalam hidupnya.

Besoknya Dira dipanggil pihak kepolisian untuk memberi keterangan tentang kedua penjahat itu terhadap peristiwa yang ia alami kemarin. Dan akhirnya kedua penjahat itu dipenjara lagi dalam waktu yang cukup lama. Dan aku hanya bisa menolong Dira dengan mengumpulkan dana dari teman-teman sekolah untuk membantunya membayar sebagian biaya pengobatan ibunya, untuk meringankan beban hidupnya yang sudah berat itu.

Aku mendapat pelajaran berharga dari Dira bahwa dikala hidup, kita harus berusaha tanpa menyerah walau sesulit apapun masalah membelit hidup kita. Dan aku berjanji padanya akan selalu mengingat pesan itu seumur hidupku.

Dan semenjak kejadian itu, aku sudah tidak pernah melihatnya lagi, aku tidak tahu apakah dia pindah atau kembali ke kampung halamannya bersama ibu dan kakak tercintanya. Tapi aku akan selalu mengingatnya. Dira temanku yang tangguh.



created by : Siti Sarah Amaliani

Bermain dengan komputer dan pendidikan :

Perpaduan yang baik ?


Bagi kebanyakan orang jawaban atas pertanyaan dalam judul artikel ini pasti TIDAK! Tetapi respon tersebut mungkin sangat emotif. Hal ini benar bahwa ada mindless "menembak 'em up" permainan yang tampaknya memiliki sedikit untuk menghubungkan mereka ke pendidikan, tetapi peneliti tidak sepenuhnya meremehkan nilai pendidikan game komputer.

Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa game komputer benar-benar dapat memiliki beberapa manfaat mengejutkan bagi perkembangan anak-anak. Game action mereka yang tampak begitu jauh dari manfaat perkembangan, telah disarankan, dapat membantu memperbaiki penglihatan anak-anak dan memajukan refleks mereka dan kemampuan prediktif.

Tampaknya jam bermain game tidak sekedar menyenangkan, mereka juga dapat mengubah cara anak bereaksi dan merespon ke dunia digital dan digital prompt. Hal ini mungkin tampakmenakutkan, kita mungkin berpikir seorang anak berinteraksi dengankomputer sebagai sesuatu yang kurang dari yang diinginkan tetapi,anehnya, mungkin ada muncul cara-cara di mana interaksi danketerampilan tersebut sebenarnya diinginkan. Sebagai contoh, dalam dunia kedokteran pengalaman gaming komputer dan keterampilan dapat dilihat sebagai menguntungkan. Dengan pertumbuhan robotika dalam kedokteran yang mengarah ke operasi yang signifikan yang dilakukan dengan manipulasi peralatan robot itu diklaim bahwa orang-orang yang akrab dengan remote kontrol dari game, dan mengatakan, "raja permainan".


Sumber : The Jakarta Post




Conclusion

the simple fact that technology has changed the way we do things and it has changed our skills and abilities in ways that we could hardly have imagined only a relatively short time ago. Children are “techno-savvy” and this is both needed and to their advantage.

Children’s brains adapt and assimilate new ways of doing things relatively easily and this is an excellent interface with technology where change and development is practically a daily reality. Children’s ability to speedily navigate their way around a computer, or any other gadget for that matter, allows them to quickly become adept and so capable users.

Computer gaming too does not just exist in the world of wild “shoot ‘em up” games. There are many concentration, memory and strategy games that allow children to develop far more than just a trigger finger. The dexterity with which children can speed around a keyboard, solve problems and come up with plans is something of a skill in itself.

So, while we generally think of computing games and technology as being rather ominous and worrying for the development of children and education, it may just be that we need to reconsider our attitudes.

There is little doubt that technology is with us, it is a fact of life and it is all around us. What we need to do is make sure that it is being used appropriately and wisely. Computers and technology have to form a part of our education and development.